Selasa, 06 November 2012

Galaxy's Story #Part 2

I'm back! Ini postingan yang ke-2 ini juga Fiksi kok;) 
Enjoy ya~ 
Makasih, namanya agent galaxy aku pake lagi.





HaDian's Story 

Pagi yang mendung mengawali hari Si Celau alias Dian. Hati yang beku beserta gerimis rintik pun melengkapi kegelapan pada perasaan Dian. Apa yang sedang dian fikirkan? Apa mungkin peristiwa semalam itu?  Peristiwa dimana Hadi menyatakan isi hatinya pada Dian. Atau mungkin nilai ulangannya yang sedang menurun? 

Dian sangat sensitif hari itu, dipagi yang mendung ditambah hati yang abstrak dan pelajaran Biologi. Biologi adalah salah satu pelajaran yang tidak Dian sukai. Tak ada sepatah kata pun yang diucapkan Dian pagi itu, Dian yang ceria, pagi itu. Tak ada yang berani mengganggu dan mengajak ngobrol dian selain Fadilla, karena Fadilla satu-satunya Sahabat yang paling dekat dengan Dian dikelas

"Di kenapa sih? Cerita dong." Tanya Fadilla 
"Im fine Dill." Jawab Dian dengan muka datar 
"Gak mungkin " Kata Fadilla 
"Im fine Dilla, aku mau sendiri dulu." Kata Dian
"Aku gak mau pergi, sebelum kamu cerita semuanya." Kata Dilla
"Gakbisa." Balas Dian
"Aku yakin pasti bisa, cuman kamu gak mau nyeritain ini semua." Kata Dilla 
"Okay, aku bakal cerita." Kata Dian 
"Kamu ada masalah kan? Gara-gara nilai ulangan kamu yang menurun itu?" Tanya Dilla
"Bukan Dill, kalau hal itu aku masih bisa memperbaikinya. Cuman ini masalah Hadi." Jawab Dian
"Hadi? Maksudnya?" Kata Dilla 
"Semalem, dia nyatain suka ke aku, dan dia nembak aku, aku bingung Dill." Cerita Dian dengan wajah yang gemetaran 
"Itu pilihan Dian, kalau hati kamu bilang "Iya" ya kamu jawab iya, kalau "Tidak" ya kamu bilang tidak. Jangan jadi orang bodoh Di, buang energi kamu mikirin gituan, sekarang ikuti kata hati kamu." Balas Dilla memberi nasehat 
"Hati aku enggak milih dia, but aku punya rasa sedikit." Kata Dian 
"Pilihan ditangan kamu Di." Kata Dilla 

Sehabis solat Dzuhur, Hadi menanyakan tentang hal semalam kepada Dian. Suasana pada saat itu hening dan begitu tak karuan, perasaan Dian sangat kacau. Hadi juga hopeless tentang hubungan ini semua. Hadi menunduk sambil memainkan tangannya sedangkan Dian hanya bisa menitihkan air mata karena ia tak tahu apa yang harus ia jawab. Hadi terus bertanya walaupun ia tertunduk dan banyak berharap lebih pada Dian. 

"Dian, jadi gimana?" Tanya Hadi
Dian hanya diam terpaku, wajahnya pucat dan tangannya sangat dingin bagaikan mayat. 
"Dian!" Sahut Hadi dengan penuh harapan 
"Hadi, sorry. Aku gak bisa nerima kamu, kita lebih baik jadi sahabat aja, sampai kapanpun aku gak bisa punya perasaan ke kamu. Maafin aku Di." Balas Dian
"No problem Di, apapun yang terjadi, toh ini yang terbaik." Balas Hadi 

Itulah keputusan Dian, itulah jawaban Dian. Dian lebih mengikuti kata hatinya dibandingkan rasa yang ada. Mau tidak mau, Hadi harus mu menerima jawaban itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar